Sabtu, 12 September 2015

Sendirian

Tak seperti biasanya, aku terbangun tengah malam. Sendirian, yaa,,,, aku sendiri menikmati malamku. Banyak yang bilang sendiri itu menakutkan, dulu aku setuju tapi sekarang nggak lagi. Aku percaya Gusti Allah selalu menemani dan menjagaku di siang malamku. Bagiku,,, sendiri itu adalah moment dimana kita bisa leluasa mengekspresikan diri, menilai juga merenungi sejauh mana langkah kita. Sendiri juga Akan menunjukkan jatidiri kita yg sebenarnya, kebiasaan yg kita lakukan saat memperlakukan diri sendiri. Hah,,,,, bagaimana tidak, sendiri juga membuatku hidup nggak beraturan, makan minum aku sering lupa, Malas masak untuk diri sendiri, apalagi kalau sedang mengidap syndrome "kumuh dan lumuh", sudah dipastikan keadaan rumah seperti kapal pecah. Tak beraturan dan acak-acakan. Ternyata lebih mudah mengurus orang lain dari pada diri sendiri, aku baru sadar rupanya aku malah kesulitan mengurus diri sendiri.

Selasa, 01 September 2015

Perjalanan waktu

Hari ini genap sudah satu bulan dia di pondok pesantren. Kenapa hari ini menjadi  istimewa? Karena ceritanya sangat panjang,selalu Ada ceritanya dari hari pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Tempat baru, lingkungan, kebiasaan, dan wajah-wajah asing disekelilingnya mau tak mau mengendurkan semangat serta keberanian yg sempat di ucapkan beberapa minggu sebelumnya. Itu hal yg wajar, bagaimana tidak?,, malam pertama di pondok begitu "menyiksa" katanya." Ibu,, aku nggak kerasan"(dengan posisi muka menghadap keatas tak berani menunduk karena menahan airmata). Hampir dua minggu ibu harus bolak-balik ke pondok setiap harinya. Ini juga bukan hal mudah, aku yg awalnya nggak berani motoran dijalan-jalan kota akhirnya harus terbiasa demi menyemangati dan memenuhi permintaan nya. Karena aku yakin ini hanya masalah waktu saja, Dan itu benar. Dengan segala upaya Dan do'a, hatinya pun mulai tenang tanpa harus lagi menahan tangis Dan rindu rumah. Aktifitas pondok dan sekolah mulai padat memaksanya untuk bias segera beradaptasi. Aku yakin, dia bisa mengatasi semuanya, dengan berbekal niat dan cita-citanya yg mulia. Anakku,,,,,, jalanmu masih panjang, luas membentang, belajarlah bersama waktu tanpa jemu. Ayah dan Ibu selalu mendoakan yg terbaik untuk mu. Semua rasa ini Akan menjadi pelajaran Dan kenangan pertama di perjalanan hidupmu menggapai cita. Semoga langkahmu selalu di ridloi Nya, Aamiin. "Peluk sayang dari ayah Dan ibu".


Senin, 20 Juli 2015

Masih sama

Kekurangan ku banyak, tapi tidakkah kamu menimbang sedikit saja kelebihanku? Prasangka mu menghancurkan semangatku, mengubur semua usahaku. Mengaburkan rasa percaya diriku, jawaban apa yg hendak dengarkan jika setiap kata ku kau Mentahkan. Kau hanya ingin mendengar jawaban seperti yg kau ingin, lalu untuk apa bertanya padaku jika kau sudah menyiapkan jawabannya? Apa pentingnya perasaan ku, karena menurutmu aku sudah sangat bahagia dengan keadaanku sekarang ini. Semua akan berjalan seperti Anggapanmu.

Senin, 05 Januari 2015

Terimakasih

Kegelisahan hati sebagai orangtua yang berkewajiban memberi pendidikan agama dan umum yang layak pada anak-anaknya tak dapat dielakkan lagi. Usia 8 tahun anakku belum bisa mengaji bahkan tidak mau sekolah Taman Pendidikan Al-Qur'an(TPA) di masjid dekat rumah karena malu. Bukan karena dia tidak ingin bisa, tapi karena banyak teman-teman usia jauh dibawahnya yg sudah lebih mahir darinya dan dia merasa malu.

Kejadian ini bukan salahnya, tapi lebih kepada kegagalan saya dan suami yang tidak bisa mengawasi dan menjadi pendambing yg baik untuk tumbuh kembangnya. Awalnya, dia masih mau masuk  sekolah TPA, tapi karena waktu itu jam mengajinya seringkali berbenturan dengan jadwal latihan sepak bolanya hingga sering bolos akhirnya dia tertinggal jauh dari teman-temannya. Dan akhirnya memutuskan untuk putus sekolah TPA.

Maret-April 2012 yang lalu saya mencoba untuk mencari jalan keluar dari masalah yang ada. Dengan hati-hati saya bertanya padanya, "Nak, kamu pengen nggak jadi anak sholeh? Anak sholeh itu do'anya didengarkan Allah, nanti bisa menolong dan menjemput ayah-ibu dari Neraka ke Surga". Dia terdiam, dan kemudian tangisnya pecah. "Aku bukan Anak Sholeh Bu, aku nggak bisa Sholat, nggak bisa mengaji". Jawabnya diiringi isak tangis. "Ya Allah, ampuni saya"ucap hati saya. Betapa saya merasa sangat malu dan sadar dari keegoisan, apa yang sudah saya beri pada anak saya sehingga bisa menuntutnya begitu besar.
Airmata saya tak tertahan lagi, saya peluk erat dan saya besarkan hatinya, saya katakan masih ada waktu dan belum terlambat untuk belajar. Dan saya tawarkan padanya untuk belajar mengaji lagi dengan mencari Guru/Ustadz Privat dan dia setuju.

Ternyata mencari guru mengaji tak semudah yang saya bayangkan, ada teman baik suami yang sebenarnya mampu dan dipilih anak saya, tapi ternyata tidak bisa karena kesibukannya yang padat. Setelah beberapa bulan pencarian puji syukur akhirnya ketemu seorang Ustadz yang mau menyisihkan waktunya untuk mengajari anak saya.
Awal Januari 2013, proses belajar mengaji di mulai dari Nol. Kesabaran dan keuletan Sang Ustadz dalam membimbing, menemani anak saya membuat kami sekeluarga salut dan berterimakasih. Sehari 2x pagi setelah shubuh dan sore sebelum maghrib tanpa pernah absen.
Perlahan tapi pasti kemajuan itu terlihat nyata, dari yang awalnya tidak bisa menjadi bisa membaca huruf-huruf Al-Qur'an. Seperti lazimnya anak-anak, kadang ada rasa bosan melakukan sesuatu yang teratur. Mogok mengaji dengan berbagai alasan, tapi sang Ustadz tidak pernah kehabisan akal Dan kesabaran membujuk anak saya.

2 Januari 2015 kemarin, sms masuk dari anak saya. Mengabarkan bahwa dia sudah mengkhatamkan Al-Qur'an. Alhamdulilah, terimakasih Ya Allah, ini benar-benar kabar membahagiakan buat saya dan suami yang sedang diperantauan. Rasa terimakasih yang sebesar-besarnya yg tiada henti untuk kerja keras sang Ustadz dan keluarga 2 tahun terakhir ini, benar-benar prestasi yang luar biasa bagi saya dan suami.
Dan sekarang, setelah berhasil mengkhatamkan Al-Qur'an dilanjut dengan menghafalkan Juz Amma setiap harinya.
Do'a tulus saya semoga orang yang telah membimbing mengaji anak saya selalu mendapatkan kebahagian mendapatkan imbalan yg terbaik dari Allah SWT. Apa yang telah diajarkan untuk anak saya semoga bermanfaat dunia akhirat,dan semoga saya juga suami bisa belajar dari setiap kejadian untuk lebih baik lagi, aamiin.

Jumat, 02 Januari 2015

Istimewa

Ada banyak hal yang patut disyukuri Di penghujung tahun 2014 kemarin. Mulai dari tercapainya rentetan rencana meskipun terasa prosesnya lambat seperti jalannya siput, tapi Alhamdulilah semua indah tepat pada waktunya. juga beberapa kejadian yang mampu menguras tenaga dan perasaan.

Banyak pelajaran dari setiap kejadian. Sungguh, ini tidak dapat di ungkapkan dengan kata-kata, saat susah maupun senang ada support yang besar dari orang-orang terdekat. "Nikmat Tuhan mana lagi yg hendak kau dustakan?" batinku.

Semoga Tahun 2015 ini dipenuhi semangat baru, berjuang untuk keluarga, memperbaiki diri dan mampu bertahan di medan sesulit apapun. Aamiin.

Ada dua pesan terindah dipenghujung tahun dari anak-anakku <3 .